Beberapa kesalahan pemahaman dalam pengobatan herbal di antaranya adalah :
1. Obat medis adalah obat kimia, sedangkan herbal bukan kimia.
Memang istilah ini hanyalah sekadar istilah untuk memudahkan penyebutan dan pengelompokan. Tapi sebenarnya baik obat medis maupun herbal semuanya adalah bahan kimia. Karena semua zat yang ada di alam semesta ini tersusun atas unsur-unsur kimia. Bahkan air ludah yang ada di mulut kita dan kita ‘emut’ layaknya permen sehari-hari itupun merupakan bahan kimia. Mungkin kalau mau menggunakan istilah yang lebih mendekati benar (tidak seratus persen benar) adalah: obat medis merupakan kimia sintetis, sedangkan herbal adalah kimia alami. Namun semuanya merupakan bahan kimia.
2. Obat medis selalu memiliki efek samping dan tidak aman, sedangkan herbal tumbuhan alami bebas efek samping dan aman.
Istilah ini memberi kesan bahwa obat medis berbahaya dan tidaka aman dikonsumsi karena selalu memberikan efek samping yang merusak, sedangkan herbal aman dan tidak bahaya karena tanpa efek samping. Istilah ini dipakai tanpa dasar dan mengabaikan banyak fakta. Herbal walaupun alami, bukannya tanpa efek samping. Bahkan tidak selalu aman.
Kita semua tahu bahwa bayam, kangkung, asparagus adalah sayuran – sudah pasti bahan herbal- yang memiliki zat yang bermanfaat bagi tubuh. Bayam dan kangkung bagus untuk nutrisi karena kandungan zat besinya yang tinggi. Tapi apakah selalu aman dikonsumsi? Ternyata tidak. Penderita asam urat hampir selalu diingatkan dokter ketika berobat, untuk menghindari konsumsi kedua bahan herbal ini.
Bahan tumbuhan pun ada juga yang berbahaya bahkan beracun. Semua tahu bahwa makanan binatang Koala adalah daun eucaliptus yang jika dimakan manusia hampir bisa dipastikan wasalam. Dan satu lagi bahan herbal tumbuhan alami untuk sedikit ngobok-obok pemahaman rancu ini adalah daun ganja, dan daun koka. Bagi yang rajin nyimeng pasti kenal dengan daun ganja. tentu saja ini bukan bahan kimia, namun herbala alami. Namun sekali nyedhot sak sledupan, bisa mbikin melayang-layang. Sedangkan daun koka adalah bahan pembuat kokain yang bahayanya sudah disepakati baik tabib herbal maupun ahli medis, bahkan oleh Kang Panjul yang awam sekalipun.
Jadi tingkat bahaya dan keamanan tidak bergantung pada bahan alami atau kimia sintetis. Namun banyak faktor berperan dalam keamanan pemakaian satu bahan terapi. Diantaranya adalah dosis, cara pemakaian, lamanya pemakaian dan interaksi pemakaian dengan bahan lain. Keunggulan bahan alami dalam hal keamanan adalah pemakaian jangka lama. Bahan alami cenderung lebih aman jika dipakai dalam jangka lama. Dan memang hampir semua bahan alami ditujukan untuk terapi jangka panjang, bukan untuk terapi akut jangka pendek. Dalam hal serangaan akut jangka pendek, terapi kimia medis lebih unggul. Itulah mengapa simbah menyayangkan sang ustadz yang menghentikan terapi simbah pada penderita tekanan darah tinggi yang sebenarnya sudah simbah program untuk mengurangi obat kimia medis dan perlahan bergeser ke pengobatan herbal. Peralihan ini butuh waktu panjang, bahkan tahunan. Tidak bisa langsung seseorang menghentikan terapi dokter, lalu diganti dengan terapi yang efeknya baru terasa setelah jangka lama, sementara serangannya akut.
3. Kesalahan dalam penggolongan bahan herbal.
Di dalam sebuah iklan produk herbal di satu majalah Islam yang terbit secara Nasional (simbah tak etis kalau menyebut merk dan nama majalahnya), disebutkan dengan nada agak gegap gempita :
MENGHADIRKAN HERBAL TERBAIK KELAS DUNIA !!!
Setelah menyebutkan kata “Herbal Terbaik Kelas Dunia” ini disebutkanlah bahan yang dimaksud, yakni : Gamat…..!?!?
Sang pembuat iklan bukannya tak tahu Gamat itu apa. Disitu disebutkan Gamat adalah: Binatang invertebrata pemakan makan organik yang hidup di dasar laut.
Tak beda jauh dengan satu iklan di satu website, bahkan di sebagian website terkenal (kalau pingin tahu, tanya mbah google dengan keyword Gamat Bahan Herbal), disebutkan bahwa Gamat nama lainnya adalah Teripang atau Mentimun laut, dan dimasukkan ke dalam golongan herbal.
Simbah bukan ahli zoologi atau palaentologi. Tapi karena disebutkan disitu dengan jelas bahwa gamat adalah binatang invertebrata, seharusnya bahan ini bukan dimasukkan ke dalam bahan herbal. Mungkin karena nama lainnya Mentimun laut, maka ada yang memasukkannya ke dalam bahan herbal. Padahal kata herbal sendiri maknanya tumbuhan, bukannya binatang.
Kerancuan bahan herbal ini juga dialami oleh Susu Kambing, yang bahkan produsennya merupakan satu perusahaan yang memakai kata herbal. Demikian juga dengan propolis, yang merupakan produk lebah. Sedangkan madu, memang ahli herbal memasukkan ke dalam bahan herbal dengan alasan yang kuat. Yakni madu terbentuk di sarang lebah, bukan di tubuh lebah. Lebah hanya berperan membawa dan menaruh di sarangnya, lalu menambahinya dengan enzim yang lantas membuat bahan nektar berubah menjadi madu.
Nuwun sewu kalo simbah rada-rada menggunakan bahasa agak serius. Lha kalo pakek bahasa mbambung ntar dikira guyonan. Jadi khusus episode ini simbah menuliskan naskahnya sambil mengelus kening. Walaupun sebetulnya letak otak bukan pas di kening. Lha daripada mengelus dengkul, simbah masih lebih dari sekedar mending. Jadi sampeyan jangan membaca sambil mengelus pantat… wah itu lebih parah.
Poin ini simbah sampaikan agar produsen bahan herbal berhati-hati dalam menyebutkan golongan produknya. Karena sebagiannya diawali dengan menyebut hadits shahih. Bahkan pakai tulisan arabnya. Kebetulan konsumennya juga gak paham apa itu herbal, jadi ya laris-laris saja produk itu.
4. Jika sudah memakai herbal, tak perlu obat kimia.
Pernyataan ini harus dilihat per kasus. Jika memang herbalnya memang berfungsi terapi dan itulah herbal of choice untuk kasus penyakitnya, ya silakan saja.
Namun jika fungsi herbal disitu adalah sebagai suplemen atau terapi pendukung, maka penggunaan obat sintetis kimia masih merupakan drug of choice yang harus tetap dipakai. Sehingga terapi herbal dan medis kimia seyogyanya ditempatkan sebagai komplemen yang saling melengkapi, dan bukannya substistusi dimana yang satu “harus” menggantikan yang lain.
5. Testimoni yang tidak cerdas.
Hampir semua penggunaan herbal mengandalkan ujung tombak testimoni sebagai pendukung utama promosinya. Namun seyogyanya sebuah testimoni yang mengungkapkan keberhasilan terapi herbal haruslah dengan bahasa yang cerdas. Syarat testimoni yang cerdas di antaranya sebagai berikut :
1. Diagnosa penyakit yang disebutkan haruslah tegak dengan penegakkan diagnosa yang benar dan obyektif. Misalnya : didukung dengan pemeriksaan yang menyebutkan angka-angka yang terukur dari pemeriksaan laboratorium, atau jika itu diagnosa kelainan organ dalam haruslah didukung alat pemeriksaan dalam. Semisal : ronsen, endoskopi atau USG dsb.
Di poin ini, seringkali testimoni satu penyakit hanya berdasar pengakuan tanpa data lab. Misal mengaku sakit liver. Trus minum herbal lalu mengaku sembuh. Lha tahu kalo livernya sakit darimana? Trus livernya sakit bagian apanya juga gak jelas. Padahal penyakit yang bisa menyerang liver jumlahnya rong ikrak tumplak. Ini testimoni membodohi, dan bukan hal yang cerdas. Jika mau cerdas, pengakuan sakit livernya haruslah disertakan data obyektif, misal USG, lalu data kimia darah, misal SGOT, SGPT, Bilirubin baik direct maupun indirect…dlsb. Jadi pengakuan sakit livernya obyektif, dan bukan pengakuan subyektif semata. Apalagi ternyata sakit livernya itu merupakan hasil diagnosa (semi tebakan) dari mbah Dukun Sembur… halah…Maka demikian halnya jika testimoni mengaku sakit ginjal, jantung, paru-paru dan penyakit dalam lainnya, harus disertai data obyektif.
2. Pengakuan diagnosa berdasar perkataan, “Menurut dokter, sakit saya adalah…” tidaklah mencukupi. Mengapa tidak mencukupi? Karena dalam mendiagnosa satu penyakit, pernyataan dokter akan satu diagnosa diawali dengan satu diagnosa yang derajatnya masih merupakan “kemungkinan”. Kemungkinan itulah yang nantinya dibuktikan dengan pemeriksaan pendukung dari lab maupun alat bukti pendukung lainnya. dan bahasa yang dipakai dokter pun jelas.
Jadi bahasa testimoni yang seringkali menggunakan kata, “Dokter sudah memvonis ini dan itu…” haruslah diperjelas alasan vonisnya. Karena untuk kepentingan bagusnya testimoni, seringkali diagnosa yang masih taraf “kemungkinan” sudah dianggap vonis oleh pasien.
Sebelum kening sampeyan panas karena kelamaan dielus-elus, simbah sudahi dulu poin testimoni ini. Insya Allah akan simbah sambung ke bagian ketiga tulisan ini mengenai bagaimana satu testimoni dianggap cerdas.
3. Jika ingin menunjukkan bahwa bahan herbalnya yang berkhasiat, jangan melaporkan testimoni yang ternyata pemakaiannya dikombinasi dengan obat kimia sintetis.
Satu contoh kasus: simbah pernah kedatangan pasien mengeluhkan penyakit jantung. Dia berobat ke ahli jantung. Diberi obat lalu dikonsumsi dengan teratur. Setelah minum secara rutin selama 3 hari, dia bilang ke simbah belum ada perubahan apa-apa. Lalu dia pergi ke pengobatan alternatip. Dia diberi ramuan jamu herbal yang katanya ampuh buat ngreparasi jantung. Baru sehari minum katanya sudah baikan.
Simbah nanya, “Selama minum jamu itu obat dari dokter jantung masih diminum apa nggak?”
Dia jawab, “Masih mbah.”
Kasus seperti di atas tak bisa digunakan untuk memvonis bahwa obat dari dokter tak manjur babar blas, sedangkan herbalnya jos gandos khasiatnya. Karena seringkali satu terapi obat, membutuhkan waktu untuk mencapai hasil khasiat yang diinginkan. Sebagaimana kasus penyakit typus, pasien seringkali mengalami turun panas pada hari ketiga setelah diterapi. Jadi tidak langsung sim salabim panasnya turun, bahkan makan waktu sampai 3 hari. Ada pasien simbah yang katanya kena typus sudah 3 hari dirawat di RS belum turun panasnya. Setelah diberi jamu yang bahannya dari cacing, langsung turun. Sampeyan tak bisa mengatakan bahwa obat bahan cacingnya itu yang menurunkan panasnya. Karena memang terapi typus baru memberikan hasil setelah 3 hari.
Kalau ingin mengatakan bahan herbal dari pengobatan alternatip itu yang lebih berkhasiat, seharusnya obat dari dokter dihentikan. Lalu ambil jeda beberapa hari, barulah dikonsumsi herbalnya dan ditunggu khasiatnya. Hal ini akan menghasilkan testimoni yang baik dan bisa dipakai untuk modal penelitian lebih lanjut dari bahan herbal yang bersangkutan.
4. Kesembuhan harus terukur secara obyektif juga.
Jika penegakan diagnosa harus terukur, demikian juga manakala mengaku sudah sembuh. Kesembuhan haruslah terukur secara obyektif, bukan kesembuhan subyektif. Jika dengan konsumsi satu bahan herbal seseorang mengaku kankernya sembuh, kesembuhan dari kanker itu bukanlah dilihat secara subyektif saja. Haruslah ada satu tindakan biopsi ataupun scan ataupun pemeriksaan obyektif yang menyatakan bahwa kankernya sudah tak berbahaya lagi.
Seringkali pemakai herbal hanya menyatakan kesembuhan dirinya hanya dengan menggunakan kata-kata “sudah sembuh”. Sedangkan ukuran sembuhnya tak ada. Pernyataan sembuh yang baik harusnya melampirkan data-data pemeriksaan laboratorium pasca terapi yang bisa dibandingkan dengan hasil lab sebelum terapi.
Namun hal ini masih memiliki kendala. Penggunaan laboratorium masih dimonopoli oleh ahli pengobatan medis. Sedangkan kaum herbalis tak punya akses untuk memberikan pengantar bagi penilaian obyektif kesembuhan pasiennya. Untuk itu harus ada kerjasama antara dokter medis dan juga herbalis. Agar satu penyakit tegak diagnosanya dengan pemeriksaan obyektif, sekaligus kesembuhanya pun dinyatakan dengan pemeriksaan obyektif.
Kalo testimoni pengguna herbal sudah makin cerdas, ini akan memberikan modal yang bagus bagi ahli farmasi dan farmakologi untuk meneliti satu bahan herbal. Tentu saja akan dilakukan riset dan penelitian untuk mencari bahan aktif dan sekaligus mencari cara agar bahan herbal tersebut bisa dimasyarakatkan.
Sayangnya masih banyak ahli herbal yang seringkali justru bersikap memonopoli keahliannya. Yakni dengan cara menyembunyikan bahan apa yang ada di dalam ramuannya. Dia berprinsip :
“Sudahlah, jangan banyak cingcong, unthal saja jamu saya. Yang penting sampeyan bagas waras. Lha kalo isinya apa jamu saya, itu rahasia saya tho.”
Herannya sang pasien justru malah suka pada ahli herbal yang buka praktek dengan menanamkan prinsip demikian. Semakin akut bermain-main dengan yang rahasia-rahasia, semakin asyik mengkonsumsi jamunya. Apalagi kalo diumuki sama dukun herbalnya, “Ini herbal yang tahu cuma 2 orang di dunia. Satu saya sendiri. Yang kedua adalah guru saya yang sekarang praktek di Tibet sana.”
Lhaladalah, opo ra mangtabh..Mbuh dia dikasih ati celeng, apa uyuh kirik atau bahan hewani lainnya yang diklaim herbal gak masalah. Yang penting mak greng!!
Saran simbah, kalau ada ramuan kok ditutup-tutupi dan berkesan eksklusif dan rahasia harusnya kita makin curiga. Sayangnya kita hanya bersikap begitu pada obat-obat kimia sintetis saja. Padahal justru obat kimia sintetis sedang tertib-tertibnya menuliskan kandungan senyawa aktip di kemasannya. Sedangkan kalau bahan herbal kita permisif. Nggak ditulis apa isinya gak masalah. Akhirnya ada saja bajingan tengik yang memanfaatkan sisi gelap kebodohan konsumen herbal ini yang lantas mencampur bahan obat kimia sintetis ke dalam bahan herbal atau jamu. Ini karena saking permisifnya konsumen dengan apa yang namanya bahan alami sehingga gak mau tau bahan apa yang dikopyok di dalamnya.
Sumber : http://www.pitutur.net/
Kefir adalah Probiotik Terbaik. Susu Fermentasi yang kaya manfaat : dapat menghindarkan kita dari kanker kolon, sembelit, kolesterol, mengurangi risiko penyakit jantung koroner, mencegah infeksi saluran urine, mampu merangsang pembentukan sistem imun atau kekebalan tubuh, dan manfaat lainnya. Pemesanan wilayah DEPOK, BOGOR, JAKARTA, BEKASI Hubungi : 0821-2425-1562 / Pin BB 228CA859
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pengobatan herbal memang sangat efektif dan aman.
BalasHapusIzin share ya guys..
Obat Terapi Pasca Stroke
Obat Penyakit Flek Paru Paru
Obat Batuk Radang Tenggorokan
Obat TBC Rahim
Obat Tumor Jaringan Lunak
Obat Infeksi Pankreas
Obat Penyakit TBC
Obat Ranula
Obat Fibrokistik Payudara
Obat Tradisional Sariawan
Obat Tangan Sering Kesemutan
Obat Tumor Rahim
Obat Darah Putih Tinggi
Obat Wasir Berdarah
Obat Jantung Rematik
Obat Osteosarcoma
Obat Meniere
Obat Penyakit Rematik
Obat Penyakit TBC
Obat Penyakit Hepatitis Akut
Obat Penyakit Wasir
Obat Sakit Kepala
Obat Penyakit Asma
Obat Penyakit Jantung Koroner
Obat Penyakit Leukemia
Obat Penyakit Sinusitis
Obat Sariawan Di Bibir
Obat Infeksi Indung Telur
Cara Mengobati Kista Rahim
Obat Batu Saluran Kemih
Obat Pasca Operasi Batu Ginjal
Thank you for the information kang admin, hopefully this article can be useful for everyone. suplemen untuk kulit kering dan kasar
BalasHapus