Senin, 10 Maret 2014

Alergi, Psikosomatis, Gagal Ginjal dan Kefir

Masalah Alergi,
Berbagai hal yang bisa menyebabkan alergi. Intinya faktor imun bereaksi terhadap adanya "serangan benda asing" yang masuk tubuh ataupun sekedar bersentuhan dengan kulit. Reaksinya bisa sekedar keluar keringat dingin sampai pingsan. Bisa muncul ruam merah, gangguan metabolisme dsb, sampai bisa gagal ginjal akut.

Jenis alergi ini sangat banyak dan sering sangat spesifik, bahkan bisa "aneh". Alergi makanan adalah yang paling sering dan tingkat bahayanya cukup tinggi.

Alergi karena makan udang sudah dikenal luas, dan dianggap ringan saja. Tapi ada juga yang alergi dengan daging ayam, susu, bahkan buah mangga !.

Paling banyak terjadi adalah alergi terhadap PROTEIN. Bisa protein dari binatang (udang, ikan, ayam dsb) atau dari susu. Untuk batita, diperkirakan 2% alergi terhadap protein susu, baik dari sapi maupun kambing, bahkan juga dari susu kedelai. Bedakan dengan lactose intolerance yang justru terjadi pada orang dewasa, sementara alergi susu hampir tidak pernah terjadi pada orang dewasa. Tapi problem pemberian susu sapi pada bayi lebih pada kelemahan organ pencernaan yang tidak mampu mencerna protein dan lemak susu karena partikelnya yang relatif besar dibandingkan dengan partikel protein dan lemak ASI. Susu kambing partikelnya lebih halus, sehingg ;lebih sesuai dengan organ pencernaan bayi. Tapi kalau kemungkinan alerginya sama saja.

Untuk mencegah terjadinya alergi yang berbahaya, mulailah minum Kefir dengan porsi kecil. Makin rentan kondisi orangnya, makin kecil porsi awalnya, katakanlah mulai dengan 50 cc dan berselang 12 jam. atau pada bayi setengahnya saja (20 - 25 cc sekali minum).
Memang, hampir tidak ada yang alergi terhadap Kefir, bahkan yang banyak adalah justru Kefir meredakan alergi karena bersifat sebagai imunomodulator, walaupun tidak sehebat kolostrum. Tapi bukan mustahil orang juga alergi terhadap kolostrum sapi/lambing karena kadar proteinnya yang tinggi.

Obat alergi ringan adalah antihistamin, yaitu penghambat histamin yang dihasilkan tubuh saat alergi. Histamin inilah yang menyebabkan terjadi ruam merah, sesak nafas dsb. Tapi kalau sudah berat, sampai terjadi syok anapilaktik, harus ditangani dokter dengan peralatan yang lebih lengkap di rumah sakit.


Masalah Psikosomatis.
Konon riset dalam waktu terakhir ini, menyimpulkan bahwa sekitar 80% penyakit dalam sesungguhnya hanya masalah psikosomatis. Merasa sakit, kemudian tubuh merespons seolah-olah benar-benar sakit. Pasien yang sering berganti dokter, selalu mencari "second opinion" secara berulang-ulang merupakan salah satu cirinya.
Intinya adalah stress karena berbagai masalah non-medis. Termasuk kebencian terhadap suatu obat atau makanan tertentu.

Berikan ulat sagu yang masih hidup ke pada penduduk asli Papua, dengan berbinar mereka akan memakannya dan merasa sangat nikmat. Tap[i kalau ada yang meletakkannya di piring ketika saya akan makan, maka pasti saya segera melompat dan membuang piring itu, dan muntah-muntah...

Begitupun dengan Kefir. Ketikja seseorang menunjukkan ketidaksukaannya, jangan dipaksa, karena bisa saja terjadi malah tambah sakit, atau anda dimusuhi....
Karenanya cara penyajian Kefir yang mengundang selera serta menimbulkan simpati sangatlah penting.

Gagal Ginjal Akut.
Bila ureum melonjak sampai di atas 150, maka indikasi gagal ginjal sudah muncul. Tingginya kadar ureum ini bisa merupakan kombinasi dari asupan protein yang tinggi, berbarengan dengan alergi yang menyebabkan ginjal terganggu, dan tidak mampu memproses ureum untuk dibuang. Sementara alerginya juga dipicu oleh protein yang dianggap asing tersebut. Alergi uyang berat memicu pembentukan histamin secara berlebih yang menimbulkan ruam, bengkak dan gatal.
Dalam kasus dengan spirulina, yang merupakan suplemen makanan dengan kadar protein sekitar 65%, sangat berpotensi menimbulkan alergi, terutama pada saat orang dalam kondisi tidak sehat. Ureum sebagai hasil metabolisme protein meningkat tajam dengan asupan protein yang tinggi, sementara kemampuan ginjal untuk memproses terganggu oleh dampak alergi. Kreatinin yang juga merupakan sampah protein meningkat tajam, di atas 1,6 mg/dl saja sudah menimbulkan keracunan.

Kalau melihat harga untuk supoplemen senilai Rp 1,5 juta (tahun 2009), sudah pasti volumenya cukup banyak, dan dikonsumsi dengan dorongan semangat dagang tinggi.

Kebutuhan protein harian adalah sekitar 1 gram/kg berat badan sehari. Jadi orang dengan berat 50 kg, kebutuhan harian proteinnya adalah 50 gram. Secara rata-rata kebutuhan protein masyarakat Indonesia sudah mendekati kecukupan, walaupun sebagian besar diperoleh dari makanan pokoknya (nasi/beras, jagung). Sementara saat ini, harga spirulina yang beratnya 300 gram (berarti proteinnya sekitar 200 gram) cuma seharga Rp 120.000,-
Pemberian protein tinggi yang menimbulkan alergi benar-benar bisa membunuh, bila disertai aklergi yang memicu gagal ginjal akut.

Kefir, seperti susu dianggap sebagai makanan berprotein tinggi. Satu liter Susu/Kefir Optima mengandung sekitar 40 gram protein. Jadi, dalam situasi normal dan porsi normal (1/2 liter Kefir sehari) hanya memberikan 20 gram protein, Tidak ada lonjakan konsumsi protein yang berarti. Apalagi menggunakan faktor kehati-hatian dengan melakukan test bila protein Kefir menyebabkan alergi dengan hanya 100 cc sehari, dengan protein hanya 4 gram, atau kurang dari 10% AKG protein sehari.

Tapi tidak demikian dengan dampak Psikosomatis. Bila pasien benci Kefir, satu sendok saja sudah bisa menimbulkan dampak yang luar biasa !

Gagal Ginjal Kronis.
Pasien umumnya sudah cuci darah. Pada kondisi terberat bisa tiap dua atau tiga hari. Karena patokan saat cuci darah terutama dari kadar ureum dan kretinin, maka yang perlu diperhatikan adalah asupan proteinnya. Adalah tidak mungkin bila pasien sama sekali tidak memperoleh asupan protein, karena ini diperlukan dalam proses metabolisme.
200 cc Kefir sehari, memberikan 8 gram protein. Jadi kalaupun tidak ingin asupan protein bertambah, kurangi saja porsi makanannya setara dengan Kefir sebagai penggantiny. Perlu diingat juga bahwa 200 cc Kefir mengandung berbagai nutrisi lainnya, termasuk juga mengandung sekitar 120 kalori.

Tapi kalau dokter sudah menentukan bahwa pasien sama sekali tidak boleh menerima asupan protein apapun, maka tampaknya dokter sudah merancang kematian pasien, karena tanpa asupan protein sama sekali, berbagai fungsi tubuh akan menurun dengan pasti, sehingga sama saja dengan pembunuhan terencana !

Jadi, bila tidak ada masalah dengan alergi dan psikosomatis, untuk pasien gagal ginjal kronis yang sudah cuci darah, 200 cc Kefir sehari hampir dipastikan aman, apalagi dengan mengurangi porsi makanan lainnya. Tambahan barang 20 cc Kolostrum juga masih sangat aman dan akan meningkatkan daya imun secara sangat signifikan.
Sekali lagi, untuk penderita gagal ginjal kronis, lebih perhatikan masalah alergi dan psikosomatisnya daripada masalah peningkatan ureum dan kreatinin dari Kefir !.

Semoga tulisan ini bermanfaat...

Salam Sehat bersama Kefir...

*Tulisan diambil dari doc Komunitas Kefir Indonesia yang ditulis oleh Bp. Adi Kumbara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar