Tentu saja, pemberian ASI eksklusif untuk bayi sampai usia 6bulan adalah yang terbaik. Kemudian makanan tambahan diberikan sesudah 6 bulan,sampai ASI dihentikan setelah mencapai usia 2 tahun.
Tapi tidak semua bayi bisa mendapatkan hal itu. Banyak masalah, mulai dari kemampuan ibunya untuk menghasilkan ASI yang memadai sampai masalah pola hidup dan persepsi “kerepotan” dan risiko “estetis” yang ingin dihidari oleh ibu tertentu.
Dari penelusuran tentang mengapa susu sapi atau kambing tidak diberikan sebelum usia 1 tahun, ternyata dokter maupun ahli gizi memberikan jawaban berbeda. Jawaban inipun kadang terkesan dimunculkan tanpa memunculkan solusi yang sesungguhnya sangat mudah.
Dalam artikel di majalah “ayah bunda” (http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/bayi/tips/cermat.pilih.susu.formula/001/005/656/1/1)disebutkan : Anak usia di bawah 1 tahun tidak boleh minum susu sapi segar karena kandungan natrium, protein dan elektrolitnya tinggi sekali. Organ ginjal bayi di usia ini belum berfungsi sempurna, sehingga jika dipaksa bekerja keras bisa rusak.
Kalau cuma kandungan natrium, protein dan elektrolit (?) nya tinggi, solusinya mudah sekali : diencerkan saja.
Ini adalah jawaban paling absurd yang saya temukan, padahal majalah ini menjadi acuan banyak orangtua yang memiliki bayi.
Jawaban yang lebih bermutu adalah karena komposisi sususapi/kambing berbeda dengan komposisi ASI, terutama laktosanya yang hanya sekitar setengah dari ASI dan proteinnya yang hampir tiga kali lipat dari ASI.
Ini juga mudah diatasi. Encerkan saja dengan air (satu :satu), sehingga kandungan proteinnya sama dengan ASI, kemudian tambahkan gula atau madu sehingga kandungan hidrat arangnya naik. Juga sekaligus kadarelektrolitnya akan turun.
Argumen lain : kadar zat besinya terlalu rendah, sehingga bisa mengakibatkan bayi terkena anemia.
Jawaban yang lebih rasional didapat dari situs http://www.parenting.com/baby, dimana titikberatnya adalah :
- Protein susu sapi banyak menimbulkan reaksialergi (kalau susu kambing hanya 7% yang alergi).
- Partikel lemak sapi terlalu besar, sehinggaberat untuk dicerna oleh organ cerna bayi.
Ini yang tampaknya sulit untuk ditanggulangi di tingkat rumah tangga biasa. Tapi ada solusi tambahan, yaitu agar memakai yoghurt saja,karena pada yoghurt, protein maupun lemak telah dipecah menjadi rantai yang lebih pendek dan mampu dicerna oleh saluran pencernaan bayi.
Namun tetap saja, komposisi yang dibutuhkan oleh bayi masih belum tercapai. Karena itu, saran untuk memberikan sufor kepada bayi, khususnyadi bawah 6 bulan seakan merupakan satu-satunya alternatif.
Setelah melakukan perhitungan kandungan nutrisi, maka bila seorang ibu tidak bisa memberikan ASI, maka pengganti yang paling aman, perlu dibuat sendiri, dengan cara sebagai berikut :
- 100 cc Kefir Optima. Protein dan Lemak setelah menjadi Kefir rantainya akan lebih pendek dan partikelnya lebih halus sehingga mudah dicerna, tidak menimbulkan alergi.
- 10 gram pisang matang, gerus halus, saring. Ini terutama untuk meningkatkan kandungan hidrat arangnya, disamping juga memberikan tambahan berbagai vitamin dan mineral.
- Setengah genggam bayam (ini sekitar 5 gram), seduh dengan air mendidih 100 cc, blender dan saring. Ini untuk mendapatkan zat besi dan berbagai mineral lainnya. Penambahan air untuk memberikan komposisi mineral yang lebih seimbang.
Tiga bahan itu dicampurkan dan diperoleh 200 cc “Susu Formula”. Kandungan protein dan lemaknya lebih tinggi dari ASI. Tapi karena protein dan lemak itu bisa dicerna dengan baik, malah menjadikan sufor ini sebagai ASI SUPER. Dengan membandingkan pada komposisi kolostrum sebagai makanan yang sangat super yang tidak perlu diperdebatkan lagi keunggulannya. Tambahan 1 sendok teh Kefir Kolostrum, akan membuatnya menjadi lebih super lagi.
Satu kasus yang pernah terjadi di Rumah Kefir sekitar 10 tahunan yl. Dimana seorang ibu dari bayi berusia 3 bulan menderita diare, sementara ASI ibunya sangat sedikit. Ditolak untuk berobat di Rumah Sakit, karena tidak mampu membayar. Diberikan Kefir Optima yang diminum oleh ibunya dan bayinya. Sembuh dalam seminggu. Anak ini sekarang (akhir 2013) sudah kelas 5 SD, dan sehat.
Sementara itu, kalau kita memperhatikan komposisi sufor, maka bahan baku dasarnya adalah limbah susu sisa dari pembuatan keju, kemudian ditambah berbagai bahan tambahan buatan, yang prosesnya juga tidak jelas. Pernyataan komposisi seringkali tidak mencerminkan manfaat yang sebenarnya, karena protein dari susu sapi yang belum diolah, protein dari susu aking yang diseduh dan protein dari Kefir, walaupun persentasenya sama, dampaknya terhadap kesehatan sangat jauh berbeda.
Jadi coba perhatikan komponen pembuatan Sufor Kefir yang begitu sederhana, alami dan menjamin bahan yang digunakan benar-benar alami dan tidak dicampur dengan bahan-bahan buatan yang tidak jelas prosesnya.
Ingat saja, pernah ada susu aking buatan Cina yangberprotein tinggi dengan menambahkan melamin di dalamnya. Melamin ini secaralaboratorium akan menghasilkan “kadar protein” tinggi, dan hasilnya banyak bayikeracunan.
Sayangi bayi anda, dan juga kantong anda, dengan tidak memberikan susu formula aking sisa bangsa asing yang mengandung begitu banyak bahan buatan yang tidak jelas prosesnya.
Berikan mereka bahan-bahan alami yang terjamin kualitasnya, segar, mudah dibuat dan menyehatkan anda, bayi anda dan kantong anda !!
*Tulisan diambil dari doc Komunitas Kefir Indonesia yang ditulis oleh Adi Kumbara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar